“Woy...bengong aja!!! Makan tu gak boleh bengong”, hentak Reno membuyarkan pandangan Andre ke sosok cantik itu.
“Ah elo Ren, ngagetin aja!!! Gue hampir aja keselek. Kalo gue mati, gimana?”, jawab Andre sekenanya.
“Ya, gak papa. Elo ini yang mati. He...he...he...”, canda Reno.
“Ah... kampret lo”, kesal Andre.
“Ha...ha...ha...” keduanya tertawa.
Begitulah setiap hari. Canda kedua sahabat itu. Mereka mulai kenal sejak kelas 5 SD. Sekarang mereka juga satu Sekolah di salah satu SMA Negeri di Jakarta.
Mereka berdua berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda. Andre, anak orang kaya raya. Segala sesuatu yang diinginkannya bisa dikabulkan oleh ortunya dalam sekejap. Oleh karena itu ia jadi terbiasa untuk meminta kepada ortunya daripada berusaha sendiri. Pokoknya, segala keinginannya harus terpenuhi. Namun kurang mendapat perhatian yang lebih dari kedua orang tuanya sehingga ia mudah sekali marah. Kedua orang tuanya selalu bekerja. Berangkat pagi, pulang malam. Bahkan sampai lembur. Ia selama ini di jaga oleh Pengasuhnya sejak bayi, yang sudah ia anggap ibu keduanya.
Lain hal dengan Reno. Ia adalah anak dari keluarga yang sederhana. Ayahnya bekerja di salah satu sekolah swasta sebagai seorang Guru Honorer. Walaupun gaji ayahnya tidak seberapa, tetapi Reno bersyukur karena masih bisa mencukupi kebutuhan hidup. Untuk membeli pangan, sandang dan untuk mencicil rumah. Segala keinginannya masih bisa dikabulkan oleh ayahnya. Walaupun tidak seperti Andre yang hanya sekejap. Reno harus menunggu dan menabung sampai bisa membeli sesuatu yang diinginkannya. Itulah perbedaan latar belakang dari sahabat karib itu yang malah membuat mereka menjadi teman baik.
Persahabatan mereka tiada putusnya. Mereka sudah seperti saudara. Ibaratkan makan sepiring, tidur seranjang. Pokoknya, mereka sudah menjadi sahabat karib. Sahabat yang sehidup semati. Pernah ada kejadian dimana waktu itu mereka masih kelas 1 SMP. Sedang ada pelajaran olahraga berenang. Tanpa alasan yang jelas, Andre masuk ke kolam yang dalam dan ia tenggelam sampai ia pingsan. Lalu Reno rela membuat nafas buatan untuk Andre, sahabatnya. Akhirnya, Andre selamat dan kemudian dibawa ke ruang Kesehatan. Namun, semua masa-masa persahabatan indah itu sirna begitu saja hanya karena masalah sepele. Masalah sepele yang harus memisahkan kedua sahabat itu. Selamanya.....
“Eh, Ren, elo tadi liat gak cewek di pojok situ?”, tanya Andre sedikit antusias.
“Apa? Gue gak denger? Apa?”, kata Reno.
“Congek lu.. Lo liat cewek yang dipojok tadi gak?”, tanya Andre kembali dengan suara yang lebih keras.
“Iya, sorry. Gak usah teriak kalee ngomongnya. Hmm... Cewek yang dipojok? Lo liat Kuntilanak? Emang siang-siang gini ada setan keliaran?” jawab Reno sambil menyendok makanannya.
“Hus... Sembarangan. Bukan Kuntilanak. Cewek. Cewek cakep yang tadi mojok di sono.”, tanggap Andre sedikit kesal sambil menunjuk kearah pojok Kantin.
“Mhh... gw gak liat, and gw gak meratiin. Emang kayak gimana rupanya?”, tanya Reno sambil mengunyah makanannya.
“Itu, yang mukanya oval, rambutnya panjang digerai, pake bandana, tinggi kira-kira 158 cm, kulitputih, mulus, mata biru. Lo liat gak?”, detil Andre menjelaskan sosok wanita itu.
“Buset, detil amat. Udah kayak pengen lo kawinin tuh cewek. Kagak. Gw gak lihat. Udah ah... gw pengen makan. Jangan nanya mulu lo..”, jawab Reno menyantap sisa makanannya yang belum habis.
“Ahh..., elo. Diajak serius malah gitu. Yaudah... Kita ngomong lagi nanti. Gw pengen belajar. Ntar gue ada ulangan.”, jawab Andre sedikit kesal sambil beranjak menuju kelas.
Reno mengiyakan karena ia masih ingin menghabiskan makanannya. Sambil makan, ia sedikit memikirkan tentang wanita yang dibicarakan Andre.
“kayaknya, gue tahu deh itu cewek”, katanya dalam hati.
Andre menyusuri lorong sekolah menuju tangga yang akan membawanya ke kelasnya yang berada di lantai 2. Namun, belum sampai ia ke tangga, ia melihat kembali sosok wanita yang dilihatnya tadi sedang mengobrol dengan teman-temannya. Segera ia kembali ke kantin yang tidak jauh dari lorong itu untuk mengajak Reno melihat wanita itu. Reno ditarik paksa oleh Andre.
“Reno, lo sekarang harus ikut gue. PENTING!!!”, ajak Andre tergesa-gesa.
“Ada apaan nih?”, tanya Reno tak tahu.
“Udah. Lo ikut aja”, jawab Andre sambil menarik Reno.
Sampai di lorong, Andre menunjuk wanita yang dilihatnya tadi kepada Reno.
“Itu. Itu cewek yang gue maksud. Lo liat kan??”, ucap Andre gembira.
“Oh..., cewek itu. Dia namanya Ririn. Dia pindahan dari Semarang. Di itu anak baru. Dia sekelas sama gue. Baru 1 minggu”, jawab Reno menjelaskan wanita itu.
“Ririn ya namanya. Nama yang indah”, ucap Andre.
“Eh, lo bilang dia sekelas sama elo? Eh, Reno gw minta tolong dong sama lo”, pinta Andre.
“Minta tolong apaan?”, tanya Reno. “Tolong lo cari informasi tentang cewek itu, dong. Buat gue. Ntar, lo gue traktir deh selama 1 minggu. Ya,.. ya,.. tolong ya??”, minta Andre dengan memelas.
“Ah, elo ngerepotin gue deh. Emang kenapa sih lo? Ngebet banget!!”, tanya Reno heran.
“Gue kayaknya falling in love niih.....”, bisik Andre pelan.
“Jadi, mau ya.... pleaseeeee.........”, pinta Andre.
“Iye, gue cariin informasi. Tapi bener yaa... Janji lo buat ngetraktir gue selama 1 Minggu.”, tegas Reno memastikan janji Andre.
“iya iya... Gue janji. Deal??”, tanya Andre.
“DEAL”, jawab Reno.
Semenjak itu, Reno jadi memiliki 2 tugas rutin yang harus ia jalankan. Pertama belajar di sekolah dengan sungguh-sungguh. Kedua mencari informasi tentang wanita yang diidamkan Andre. Ia mengumpulkan informasi sewaktu istirahat. Ia diam-diam menguping obrolan Ririn bersama teman-temannya. Ia juga kemudian berkenalan dengan Ririn. Ia akhirnya sering mengobrol bersama Ririn dan teman-temannya. Karena sering mengobrol, ia akhirnya mendapat informasi tentang Ririn lebih detil. Informasi yang didapatnya langsung ia sampaikan kepada Andre. Andre menunggu di kantin saat bel istirahat kedua.
“Hei, Andre.”, panggil Reno.
“Eh... Reno. Gimana udah dapet informasinya?”, tanya Andre.
“Udah. Nih. Semuanya ada di buku ini”, ucap Reno sambil menyodorkan buku kecil kepada Andre.
Di dalam buku itu lengkap segala informasi tentang Ririn. Nama lengkap, alamat rumah, nomor telepon rumah, no HP, sampai makanan dan minuman favorit. Andre sampai terheran melihat buku itu yang sangat lengkap tentang informasi wanita yang diidamkan Andre.
“Wuih... Gila. Keren abiezz lo. Lengkap gini. Thanks ya Reno. Lo emang temen gue yang paling baik.”, kata Andre memuji Reno.
“Eits,.. tunggu dulu. Gue mau nagih janji lo yang mau nraktir gue selama 1 minggu.”, ucap Reno.
“Tenang aja. Sekarang lo pesen apa yang pengen lo makan. Ntar gue yang bayar.”, jawab Andre.
Sambil menunggu makanan yang dipesan, Reno menanyakan satu hal.
“Eh, Andre. Lo kenapa sih gak kenalan aja ke Ririn itu? Ntar gue kenalin deh..” tanya Reno.
“Ah,.. gue masih malu. Ntar pas waktunya tepat, gue bakal kenalan sama Ririn.” Jawab Andre dengan penuh keyakinan.
Reno kemudian terdiam dan lalu menyantap makanan yang dipesannya.
“Kalo lo suka sama dia, buruan kenalan dan nyatakan cinta lo, sebelum diambil sama orang lain”, ucap Reno selanjutnya.
“Iya, gue tahu. Tapi, gak segampang itu. Gue dan dia kan beda kelas. Susah kalo kenalan.”, jawab Andre beralasan.
“Atau, lo mau gak nge-Mak Comblang-in gue sama dia?”, tanya Andre.
“WHAT?”, respon Reno yang sedikit kaget.
“Iya. Lo Mak Comblang-in gue sama dia. Lo kan sekelas sama dia. Jadi gampang buat ngomong sama dia.”, kata Andre menjelaskan.
“Ah. Ogah ah. Tanggung jawabnya besar. Gue gak mau.”, tolak Reno.
“Ah.. lo Ren. Tolong. Entar gue traktir sampe 2 minggu deh.”, kata Andre menawarkan.
“Hmm... gimana yaa?? Yaudah deh. Gue Mak comblangin lo. Tapi bener. Lo traktirin gue makan selama 2 minggu.”, ucap Reno.
“Ok”, jawab Andre singkat.
Mulai saat itu Reno berubah profesi dari pengumpul informasi menjadi mak comblang.
Kegiatan Mak Comblang ia mulai dengan memberi tahu Ririn bahwa ada pria yang ingin berkenalan dengannya. Kemudian, Reno merencanakan tempat pertemuannya. Akhirnya, Andre dan Ririn bertemu dan selanjutnya mereka berkenalan. Mereka lalu mulai mengobrol dan pembicaraan mereka cocok-cocok saja. Andre menganggap bahwa ini merupakan permulaan yang sangat baik. Namun, dimata Ririn, Andre hanyalah teman saja. Sampai beberapa hari mereka sudah mulai akrab. Tiba saatnya dimana Andre menyatakan cintanya.
“Ririn, gue pengen ngomong sesuatu”, kata Andre.
“Mau ngomong apa?”, tanya Ririn.
“Ehm... Gue suka sama elo dan sayang sama elo. Lo mau gak jadi pacar gue?”, tanya Andre dengan penuh keberanian.
Andre akhirnya lega bisa menyatakan cintanya kepada Ririn. Ia mengharapkan jawaban ‘Ya’ yang keluar dari mulut Ririn. Namun, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, Ririn menjawab,
”Gue menghargai perhatian lo ke gue. Tapi sorry ya Andre. Gue udah punya Pacar. Temen lo juga kok.”
Bagai pohon yang tersambar petir, Andre merasa hancur karena ditolak oleh wanita pujaan hati. Ia tak dapat berkata apa-apa. Apalagi saat mendengar kata bahwa pacar Ririn adalah temannya juga. Namun, ia bersikap dewasa dan menerima semua keputusan Ririn.
“Oh. Begitu. Ya sudah. Sorry udah menghabiskan waktumu”, kata Andre sambil beranjak pergi meninggalkan Ririn.
Andre kemudian mendatangi Reno dikelasnya.
“hai Reno.”, panggil Andre.
“Hei.. ada apa?”, tanya Reno. “Tadi gue nembak si Ririn. Tapi gue ditolak. Katanya udah punya pacar dia. Temen gue juga katanya. Siapa ya pacarnya si Ririn? Lo tahu gak?”, tanya Andre dengan penuh antusias.
Reno kemudian terdiam. Dia ingin mengatakan sesuatu namun tidak berani diutarakan. Kalimat yang terakhir diucapkan. Yang memutuskan persahabatan 2 orang itu putus.
“Andre. Sebenernya pacarnya si Ririn itu gue. Gue udah nembak dia dan dia nerima. Gue mulai suka sama dia sejak lo minta gue ngumpulin informasi tentang dia. Gue merasa harus ngasih tau hal ini supaya lo tau yang sebenernya”, kata Reno memberi penjelasan.
“Apa? Lo boong kan? Lo Cuma bercanda kan? Jawab Reno!!! Lo Cuma bercandakan?”, Tanya Andre geram sambil menatap mata Reno tajam.
“Enggak. Itu jujur. Gue pacarnya si Ririn. Kalo gak percaya tanya sama Ririn”, jawab Reno tegas.
“A!@#$g!!! Sialan lo. Jadi selama ini lo nusuk gue dari belakang”, geram Andre sambil mengepalkan tangannya ingin menghajar wajah Reno.
Namun dengan sigap ditangkis oleh Reno. Teman-teman sekelas yang melihat kejadian itu langsung memisahkan mereka berdua.
“Dasar pagar makan tanaman lo. Selama ini gue percaya sama lo. Ternyata lo begini aslinya. Gue gak bakal pernah maafin lo.”, ucap Andre sambil ingin melepaskan diri dari teman-teman yang memisahkannya dengan Reno.
“Eh. Gue ngasih tau lo Cuma biar lo tau dan gak penasaran. Gue bukan pengen minta maaf sama lo”, ucap Reno.
“Mulai saat ini gue bukan sahabat lo lagi”, kata Andre sembari kembali ke kelasnya.
Semenjak itu, mereka tidak pernah berkomunikasi lagi. Setiap kali bertemu di kantin, mereka bersikap acuh dan tidak memperdulikan. Mereka sekarang menjalani kehidupan yang lain. Kehidupan yang biasanya ada sahabat karib menemani, namun sekarang hanya sendiri.
Setelah lulus SMA, Andre kemudian melanjutkan kuliah di salah satu Universitas di Amerika. Sedangkan Reno, ia lulus PMDK salah satu perguruan tinggi negeri populer di Jakarta jurusan ekonomi. Sangat ironis, hubungan sahabat yang terjalin selama itu, hancur hanya karena masalah pacar.
Created by : Brian Handias, 2008
No comments:
Post a Comment