Andre masih menikmati makanannya di kantin ketika ia melihat seorang
wanita di pojok Kantin. Ia diam terpaku. Tubuhnya seolah-olah membatu.
Pandangan matanya tak lepas mengamati sosok indah itu. Ia bagaikan
melihat seorang Bidadari yang turun dari kahyangan. Sosok wanita itu
begitu cantik. Ia merasa seperti jatuh cinta pada pandangan pertama.
Lama ia memandangi wanita cantik itu sampai ia dikejutkan oleh tepukan
dipundaknya dari seseorang yang memanggil namanya terlebih dahulu. Orang
itu tak lain dan tak bukan adalah Reno, sahabat karibnya.
“Woy...bengong aja!!! Makan tu gak boleh bengong”, hentak Reno membuyarkan pandangan Andre ke sosok cantik itu.
“Ah elo Ren, ngagetin aja!!! Gue hampir aja keselek. Kalo gue mati, gimana?”, jawab Andre sekenanya.
“Ya, gak papa. Elo ini yang mati. He...he...he...”, canda Reno.
“Ah... kampret lo”, kesal Andre.
“Ha...ha...ha...” keduanya tertawa.
Begitulah setiap hari. Canda kedua sahabat itu. Mereka mulai kenal
sejak kelas 5 SD. Sekarang mereka juga satu Sekolah di salah satu SMA
Negeri di Jakarta.
Mereka berdua berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda.
Andre, anak orang kaya raya. Segala sesuatu yang diinginkannya bisa
dikabulkan oleh ortunya dalam sekejap. Oleh karena itu ia jadi terbiasa
untuk meminta kepada ortunya daripada berusaha sendiri. Pokoknya, segala
keinginannya harus terpenuhi. Namun kurang mendapat perhatian yang
lebih dari kedua orang tuanya sehingga ia mudah sekali marah. Kedua
orang tuanya selalu bekerja. Berangkat pagi, pulang malam. Bahkan sampai
lembur. Ia selama ini di jaga oleh Pengasuhnya sejak bayi, yang sudah
ia anggap ibu keduanya.