Nama : Brian Handias
NPM : 21111536
Kelas :
1KB02
1)
PERBEDAAN KEPENTINGAN
Kepentingan merupakan dasar dari
timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena adanya
dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Kepentingan ini sifatnya esensial bagi
kelangsungan hidup individu itu sendiri, jika individu berhasil memenuhi
kepentingannya, maka ia akan merasakan kepuasan dan sebaliknya kegagalan dalam
memenuhi kepentingan akan menimbilkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi
lingkungannya.
Dengan berpegang prinsip bahwa
tingkah laku individu merupakan cara atau alat dalam memenuhi kebutuhannya,
maka kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat pada
hakikatnya merupakan kepuasan pemenuhan dari kepentingan tersebut.
Oleh karena individu mengandung
arti bahwa tidak ada dua orang yang sama persis dalam aspek-aspek pribadinya,
baik jasmani maupun rohani, maka dengan sendirinya timbul perbedaan individu
dalam hal kepentingannya. Perbedaan kepentingan itu antara lain berupa :
1. Kepentingan
individu untuk memperoleh kasih sayang.
2. Kepentingan
individu untuk memperoleh harga diri.
3. Kepentingan
individu untuk memperoleh penghargaan yang sama.
4. Kepentingan
individu untuk memperoleh prestasi dan posisi.
5. Kepentingan
individu untuk dibutuhkan orang lain.
6. Kepentingan
individu untuk memperoleh kedudukan di dalam kelompoknya.
7. Kepentingan
individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri.
8. Kepentingan
individu untuk memperoleh kemerdekaan diri.
Perbedaan kepentingan ini tidak secara langsung
menyebabkan terjadinya konflik tetapi mengenal beberapa fase yaitu:
1.
Fase disorganisasi yang terjadi karena kesalahpahaman.
2.
Fase dis-integrasi yaitu pernyataan tidak setuju.
fase dis-integrasi ini memiliki tahapan (Menurut Walter W. Martin dkk):
• Ketidaksepahaman anggota kelompok tentang tujuan yang dicapai.
• Norma sosial tidak membantu dalam mencapai tujuan yang disepakati.
• Norma yang telah dihayati bertentangan satu sama lain.
• Sanksi sudah menjadi lemah.
• Tindakan anggota masyarakat sudah bertentangan dengan norma kelompok.
fase dis-integrasi ini memiliki tahapan (Menurut Walter W. Martin dkk):
• Ketidaksepahaman anggota kelompok tentang tujuan yang dicapai.
• Norma sosial tidak membantu dalam mencapai tujuan yang disepakati.
• Norma yang telah dihayati bertentangan satu sama lain.
• Sanksi sudah menjadi lemah.
• Tindakan anggota masyarakat sudah bertentangan dengan norma kelompok.
2)
PRASANGKA, DISKRIMINASI, DAN
ETHOSENTRISME
a) Prasangka dan Diskriminasi
adalah
dua hal yang ada relevansinya. Kedua tindakan tersebut dapat merugikan
pertumbuh-kembangan dan bahkan integrasi masyarakat. Prasangka memiliki dasar
pribadi, dimana setiap orang memilikinya sejak masih kecil, unsur sikap
bermusuhan sudah nampak.
Suatu
hal yang saling berkaitan, apabila individu mempunyai prasangka dan biasanya
bersifat diskriminatif terhadap ras yang diprasangkanya. Tetapi yang bersikap
diskriminatif tanpa didasari prasangka. "Perbedaan pokok antara prasangka
dan diskriminatif adalah bahwa prasangka menunjukkan pada aspek sikap sedangkan
diskriminatif pada tindakan."
Menurut
pendapat Morgan (1966) sikap adalah kecenderungan untuk berespon baik secara
positif dan negatif terhadap seseorang, objek atau situasi. Jadi prasangka
merupakan kecenderungan yang tidak tampak, aksi yang bersifat realistis,
sedangkan prasangka tidak diketahui oleh individu masing-masing.
Prasangka
ini sebagian bersifat apriori atau tidak berdasarkan pengalaman sendiri,
tergesa-gesa, berdasar generalisasi yang terlampau cepat dan berat sebelah.
b) Perbedaan Prasangka dan Diskriminasi
Tak
sedikit orang yang mudah berprasangka, namun banyak pula yang sukar untuk berprasangka.
Tampaknya kepribadian dan intelegensia, serta faktor lingkungan cukup berkaitan
dengan munculnya prasangka. Antara prasangka dan diskriminasi dapat dibedakan
dengan prasangka bersumber dari suatu sikap, diskriminasi menunjuk kepada
tindakan.
c) Sebab-sebab timbulnya Prasangka dan
Diskriminasi
1. Latar belakang sejarah
2. Dilatar belakangi oleh
perkembangan Sosio-Kultural dan Situasional
3. Bersumber dari faktor
kepribadian
4. Perbedaan keyakinan,
kepercayaan, dan Agama
d) Usaha mengurangi / menghilangkan
Prasangka dan Diskriminasi
1. Perbaikan kondisi
Sosial Ekonomi
2. Perluasan kesempatan
belajar
3. Sikap terbuka dan
sikap lapang
e) Ethnosentrisme
Adalah
anggapan suatu bangsa / ras yang cenderung menganggap kebudayaan mereka sebagai
suatu yang prima, riil, logis sesuai dengan kodrat alam dan beranggapan bahwa
bangsa / ras lain kurang baik dimata mereka. Akibat ethnosentrisme adalah
penampilan ethnosentrik yang dapat menjadi penyebab utama kesalahpahaman dalam
berkomunikasi.
Ethnosentrisme
dapat dianggap sebagai sikap dasar ideologi chauvinis yang melahirkan
chauvinisme yaitu merasa diri superior, lebih unggul dari bangsa-bangsa lain
dan memandang bangsa lain adalah inferior, nista, rendah, bodoh, dll.
Chauvinisme pernah dianut oleh orang-orang jerman pada masa nazi hitler.
3)
PERTENTANGAN – PERTENTANGAN SOSIAL/KETEGANGAN
DALAM MASYARAKAT
Konflik
mengandung pengertian tingkah laku yang lebih luas daripada yang biasa
dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar. Dalam
hal ini terdapat tiga elemen dasar yang merupakan ciri dari situasi konflik, yaitu
:
1. Terdapat dua atau lebih bagian yang
terlibat dalam konflik
2. Memiliki perbedaan yang tajam dalam,
kebutuhan, tujuan, masalah, sikap, maupun gagasan-gagasan.
3. Terdapat interaksi diantara
bagian-bagian yang mempunyai perbedaan.
Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengan kebencian atau permusuhan, konflik dapat terjadi pada lingkungan:
Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengan kebencian atau permusuhan, konflik dapat terjadi pada lingkungan:
a) Pada taraf di dalam diri sendiri
b) Pada taraf kelompok
c) Pada taraf masyarakat
Adapun cara pemecahan konflik tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Elimination
2. Subjugation atau Domination
3. Majority Rule
4. Minority Consent
5. Compromise
6. Integration
1. Elimination
2. Subjugation atau Domination
3. Majority Rule
4. Minority Consent
5. Compromise
6. Integration
4)
GOLONGAN-GOLONGAN YANG BERBEDA DAN INTEGRASI
SOSIAL
a) Masyarakat Majemuk dan Nation
Indonesia
Masyarakat Indonesia
digolongkan sebagai masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa
dan golongan sosial yang dipersatukan oleh kekuatan nasional yang berwujud
Negara Indonesia. Masyarakat majemuk itu dipersatukan oleh sistem nasional yang
mengintegrasikannya melalui jaringan-jaringan administrasi pemerintahan,
politik, ekonomi dan sosial. Untuk lebih jelasnya dikemukakan aspek dari
kemasyarakatan tersebut:
1. Suku Bangsa san
Kebudayaannya
2. Agama
3. Bahasa
4. Nation Indonesia
b). Integrasi
Masalah besar yang
dihadapi Indonesia setelah merdek adalah integrasi diantara masyarakat yang
majemuk. Integrasi bukan peleburan, tetapi keserasian persatuan.
Masyarakat majemuk tetap berada pada kemajemukannya, mereka dapat hidup serasi berdampingan seperti yang tertulis pada Lambang Negara yaitu "Bhinneka Tunggal Ika", yang memiliki makna "berbeda-beda tetapi tetap merupakan kesatuan".
Integrasi Sosial dapat diartikan adanya kerja sama dari seluruh anggota masyarakat mulai dari individu, keluarga, lembaga masyarakat secara keseluruhan. Ini akan terwujud apabila mampu mengendalikan prasangka yang ada di masyarakat sehingga tidak terjadi konflik, dominasi, tidak banyak sistem yang saling melengkapi dan tumbuh integrasi tanpa paksaan.
Masyarakat majemuk tetap berada pada kemajemukannya, mereka dapat hidup serasi berdampingan seperti yang tertulis pada Lambang Negara yaitu "Bhinneka Tunggal Ika", yang memiliki makna "berbeda-beda tetapi tetap merupakan kesatuan".
Integrasi Sosial dapat diartikan adanya kerja sama dari seluruh anggota masyarakat mulai dari individu, keluarga, lembaga masyarakat secara keseluruhan. Ini akan terwujud apabila mampu mengendalikan prasangka yang ada di masyarakat sehingga tidak terjadi konflik, dominasi, tidak banyak sistem yang saling melengkapi dan tumbuh integrasi tanpa paksaan.
d).
Integrasi Nasional
Integrasi Nasional
merupakan masalah yang dialami semua negara di dunia, yang berbeda adalah
bentuk permasalahan yang dihadapinya.
Menghadapi masalah integrasi sebenarnya tidak memiliki kunci yang pasti karena
masalah yang dihadapi berbeda dan latar belakang sosio-kultural nation state
berbeda pula, sehingga integrasi diselesaikan sesuai dengan kondisi negara yang
bersangkutan, dapat dengan jalan kekerasan atau strategi politik yang lebih
lunak.
Beberapa permasalahan
Integrasi Nasional
1. Perbedaan Ideologi
2. Kondisi masyarakat
yang majemuk
3. Masalah territorial daerah
yang berjarak cukup jauh
4. Pertumbuhan partai politik
====================================================
Studi Kasus :
Pada topik permasalahan yang dibahas diatas, kita sebagai bangsa yang kaya akan budaya, ras, suku hendaknya tidaklah saling membedakan antara satu dengan yang lainnya, karena kita semua adalah satu, bangsa Indonesia.
Seperti slogan Republik Indonesia, "Bhinneka Tunggal Ika" yang artinya adalah "Berbeda-beda tetaplah satu jua". Artinya, meskipun kita adalah bangsa yang terbentuk dari gabungan bermacam etnik, suku, dan ras, namun kita harus bersatu dalam wadah Negara Indonesia dan bersama membangun bangsa Indonesia.
Seperti slogan Republik Indonesia, "Bhinneka Tunggal Ika" yang artinya adalah "Berbeda-beda tetaplah satu jua". Artinya, meskipun kita adalah bangsa yang terbentuk dari gabungan bermacam etnik, suku, dan ras, namun kita harus bersatu dalam wadah Negara Indonesia dan bersama membangun bangsa Indonesia.
==================== || ===================
No comments:
Post a Comment